Showing posts with label CERPEN. Show all posts
Showing posts with label CERPEN. Show all posts

Thursday, August 27, 2020

KEJUTAN

 

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcQ0r7xzoPm2ZL8ibfqR5_mAtWaFThCMqnN3TA&usqp=CAU 

Kehidupan kami indah waktu itu, melebihi aurora diatas belantara Amazon atau sunrise yang kerap ku jumpai saat pergi ke surau untuk shalat Subuh berjamaah dan mengaji. Kami punya pandangan jauh ke depan secerah sinar mentari pagi. Seperti kebisaaan Emak menyulam wol pada kotak-kotak kain strimin, membuat sebuah lukisan mozaik yang artistik dan mempesona, begitulah kemantapan langkah kami meniti hari demi hari.

Wednesday, March 2, 2016

Kabul



 

Sore ini, setelah berhari – hari menghilang dalam hutan, tempat persinggahannya, Kabul pulang ke rumah. Langkahnya terburu – buru menelusuri jalanan desa yang ramai orang berlalu – lalang, seperti ketika ada panggilan alam tak tertahankan. Dari kejauhan ke dua orang tuanya terkejut saat mendapatinya. Selama lima hari anaknya menghilang, tanpa bekal, entah kemana. Mereka mengira anak sulungnya di culik jin penghuni hutan bambu di perbatasan desa itu. Memang, semua warga mengakui keangkerannya. Nyaris tak ada orang berani melintasi daerah rawan tersebut malam - malam. Bahkan, siang bolong pun sebagian orang pernah sampai dikerjai bangsa lelembut penguasa daerah itu. Dan menurut orang pintar, di sanalah kerajaan besar jin bertahta.
“Kabul, kemana saja kau? Emak mencarimu ke mana - mana ...” Ucap ibunya sambil melihat ke sekujur tubuh anaknya, takut – takut terjadi sesuatu yang tak di inginkan.

Tuesday, December 22, 2015

ANDAIKATA ...




Suatu hari disaat pulang dari pemakaman, Rasulullah bertanya kpd istri jenazah, "Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya ?"
Istri almarhum menjawab, "Saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal"
"Apa yang di katakannya ?" Tanya Rasulullah.
"Saya tidak tahu, ya Rasulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Hanya saja, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong".
"Bagaimana bunyinya ?" desak Rasulullah.

Tuesday, December 8, 2015

Di Bawah langit Amsterdam



Lama sekali aku berdiam disini. Ruangan berangsur-angsur sepi. Hanya karena termenung. Terus termenung. Pandanganku jauh kedepan, menembus kaca buram jendela, melewati cemara-cemara yang tetap kukuh berdiri meski tertimbun   salju, menerobos deretan bangunan khas Eropa dan gedung-gedung pencakar langit, jauh dan terus menjauh. Yah! Hatiku sedang kelabu, seperti langit siang ini. Dan Kristal-kristal es terus berjatuhan tanpa ampun menutupi daratan, membentuk seumpama permadani putih yang menghampar luas tanpa ujung.
“I will be at the home tomorrow, Srikandi.” Lantang.
Aku tersentak seketika. Suara itu laksana gelombang besar menghantam karang imajiku. Hancur berantakan.
“Hellena, come here moment…!”
Sambil terus pergi ia menjawab: “Sorry, I am so busy. Bye!”
Menghilang dibalik pintu. Sesaat aku terpaku. Ku lihat sekeliling, kelas telah sepi. Tinggal aku sendiri.
I will be at the home, ku ingat katanya. Mendadak ingatanku melayang jauh ke rumah. Aku rindu pada semua yang ada di sana.
###

Thursday, November 19, 2015

CERPEN



KEMARAU PANJANG


 
Saat ini awan hitam pekat menyelubungi kampungku dari ketinggian. Banyak warga memprediksikan bakal akan turun hujan setelah sekian lama kemarau panjang menimpa. Melihat gejala alam demikian senyumnya merekah. Secercah harapan yang sekian lama hangus oleh teriknya matahari mendadak muncul, memukul – mukul dadanya. Melihat mendung semakin tebal, senyumnya kian melebar, seperti ketika ia menerima segepok uang saat menjual hasil panen padinya tahun lalu. Ia bersama tiga sahabat, senasib dan seperjuangan itu terus memperhatikan cuaca sore di gubuk kecil dekat  galangan sawah yang kering dan retak – retak. Wajah putus asa menghadapi kemarau tahun ini untuk kesekian kalinya berubah.
“Aku yakin, musim hujan sebentar lagi tiba.” Ucap Ucup tanpa menoleh kepada lawan bicaranya. Pandangannya terpaku di angkasa.