Di
dalam Kitab At-Tasawuf fii al-Islam, Al Mursyid Sayyidi Syaikh Abdul
Halim Mahmud asy-Syadzali ra. Berwasiat bagi para murid :
Langkah
awal yang harus dijalani dan diperhatikan oleh para murid (orang yang
berkehendak menuju Allah SWT) thariqah ini melangkah di atas jalan
kejujuran hati yang benar agar mampu membangun berdasarkan prinsip yang
shahih. Para Syaikh Tasawuf berkata,” Mereka terhalang untuk wushul
(sampai kehadirat Allah Ta’ala) karena menyia-nyiakan ushul
(prinsip-prinsip akidah).
Murid Harus Menepati Etika / Adab Terhadap Guru Mursyidnya. Beberapa Etika / Adab Murid Terhadap Guru Mursyidnya ialah :
Adab Ke: 1
١
- اَنْ يُوْقِرَ الْمُرِيْدُ شَيْخَهُ وَيُعَظِّمَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا ,
مُعْتَقِدًا أَنَّهُ لاَيَحْصُلُ مَقْصُوْدُهُ إِلاَّ عَلىٰ يَدِهِ ،
وَإِذَا تَشَتَّتَ نَظْرُهُ إِلىَ شَيْخٍ أَخَرَ حَرَمَهُ مِنْ شَيْخِهِ
وَانْسَدَّ عَلَيْهِ الْفَيْضُ
1.
Murid harus memulyakan dan mengagungkan Guru Mursyidnya lahir dan
bathin, Meyaqinkan bahwa tidak akan berhasil tujuannya kecuali
perantaraan berkahnya, Dan jika bermacam-macam keinginan hatinya kepada
Guru Mursyid lain, maka tertutuplah berkah dari Guru Mursyidnya.
Adab Ke: 2
٢
- اَنْ يَكُوْنَ مُسْتَسْلِمًا مُنْقَادًا رَاضِيًا بِتَصَرُّفَاتِ
الشَّيْخِ يَخْدِمُهُ بِاْلمَالِ وَاْلبَدَنِ لأَِنَّ جَوْهَرَاْلإِرَادَةِ
وَاْلمَحَبَّةِ لاَيَتَبَيَّنُ إِلاَّبِهَذَا الطَّرِيْقِ وَوَزْنُ
الصِّدْقِ وَاْلإِخْلاَصِ لاَيُعْلَمُ إِلاَّبِهَذَا اْلمِيْزَانِ
2.
Hendaknya murid pasrah, patuh, dan ridlo dengan pengaturan Guru
Mursyid, Siap mengabdi menyumbangkan harta dan mencurahkan tenaganya
untuk Guru Mursyidnya, Karena bukti kehendak dan cintanya murid terhadap
Guru Mursyid tidak bisa di buktikan kecuali dengan cara ini, kejujuran
dan keikhlasan murid tidak bisa diketahui kecuali dengan ukuran ini.
Adab Ke: 3
٣
- اَنْ لاَيَعْتَرِضَ عَلَيْهِ فِيْمَا فَعَلَهُ ، وَلَوْكَانَ ظَاهِرُهُ
حَرَامًا وَلاَيَقُوْلُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا ، لأَِنَّ مَنْ قَالَ
لِشَيْخِهِ لِمَ لاَيَفْلَحُ أَبَدًا قَدْ تَصْدُرُ مِنَ الشَّيْخِ
صُوْرَةٌ مَذْمُوْمَةٌ فِىْ الظَّاهِرِ وَهِىَ مَحْمُوْدَةٌ فِىْ
الْبَاطِنِ
3.
Tidak boleh menentang apa yang dilakukan oleh Guru Mursyid, sekalipun
lahirnya kelihatan haram dan jangan protes kepada Guru Mursyid (mengapa
kamu lakukan begini ?), Sebab barang siapa protes kepada Guru Mursyidnya
tidak akan beruntung selamanya. Terkadang Guru Mursyid melakukan
perbuatan yang tercela pada lahir tapi terpuji pada bathin.
Adab Ke: 4
٤ - اَنْ لاَيَكُوْنَ مُرَادُهُ بِاجْتِمَاعِهِ عَلىَ الشَّيْخِ شَيْأً غَيْرَ التَّقَرُّبِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلاَّ
4. Tujuan berguru dengan Mursyid semata-mata agar bisa Taqorrub / Mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
Adab Ke: 5
٥
- اَنْ يَسْلُبَ اِخْتِيَارَ نَفْسِهِ بِاخْتِيَارِ شَيْخِهِ فِىْ
جَمِيْعِ اْلأُمُوْرِ كُلِيَةً كَانَتْ أَوْجُزْئِيَةً عِبَادَةً
أَوْعَادَة ً، وَمِنْ عَلاَمَةِ اْلمُرِيْدِ الْصَّادِقِ أَنَّهُ لَوْقَالَ
لَهُ شَيْخُهُ : " اُدْخُلْ التَّنَوُّرَ " ، دَخَلَ
5.
Meninggalkan pilihan sendiri, melaksanakan dengan tunduk pilihan Guru
Mursyid dalam segala urusan, secara keseluruhan maupun sebagian, urusan
ibadah maupun kebiasaan. Dan tanda murid yang jujur, jika Guru Mursyid
perintah: "masuklah kedalam tungku" (pawonan yang sedang menyala),
dengan rela masuk kedalamnya.
Adab Ke: 6
٦
- اَنْ لاَيَتَجَسَّسَ عَلىٰ اَحْوَالِ الشَّيْخِ مُطْلَقًا ، فَرُبَّمَا
كَانَ فِىْ ذَلِكَ هَلاَكُهُ كَمَا وَقَعَ لِكَثِيْرٍ ، وَأَنْ يُحْسِنَ
بِهِ الظَّنَّ فِىْ كُلِّ حَالٍ
6.
Jangan membicarakan tentang keadaan pribadi Guru Mursyid secara
muthlaq, Kadang-kadang menjadi celakanya murid seperti yang terjadi pada
kebanyakan murid, Sebaiknya selalu berbaik sangka kepada Guru Mursyid
didalam segala hal.
Adab Ke: 7
٧
- اَنْ يَحْفَظَ شَيْخَهُ فِىْ غَيْبَتِهِ كَحِظْفِهِ فِىْ حُضُوْرِهِ
وأَنْ يُلاَحِظَهُ يقلبه فِىْ جَمِيْعِ أُمُوْرٍ سَفَرًا وَحَضِرًا
لِيَحُوْزَ بَرَكَتَهُ
7. Selalu menjaga Adab kepada Guru Mursyid sekalipun tidak di hadapannya, sebagaimana ketika di hadapannya.
Adab Ke: 8
٨ - اَنْ يَرَى كُلَّ بَرَكَةٍ حَصَلَتْ لَهُ مِنْ بَرَكَاتٍ الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ بِبَرَكَتِهِ
8.
Sebaiknya murid meyaqinkan bahwa segala sesuatu yang berhasil dengan
baik, urusan dunia maupun akhirat semata-mata karena barokahnya Guru
Mursyid.
Adab Ke: 9
٩
- اَنْ لاَ يَكْتُمَ عَلىٰ شيْخِهِ شَيْأً مِنَ اْلأَحْوَالِ
وَالْخَوَاطِرِ وَالْوَقِعَاتِ وَالْكَرَامَاتِ مِمَّا وَهَبَهُ اللهُ
تَعَالىٰ عَلىٰ يَدِهِ
9.
Tidak boleh merahasiakan terhadap Guru Mursyid tentang pemberian Alloh
SWT. Kedalam hatinya berupa peningkatan hati, masukan hati,
kejadian-kejadian, dan Karomah.
Adab Ke: 10
١٠
- عَدَمُ التّطلع إلى تعبير الوقائع والمنامات والمكاشفات وان ظهر فلا
يعتمد عَلَيْهِ وَبَعْدَ عرض الحال عَلىٰ الشَّيْخِ يَكُوْن مُنْتَظِرًا
لِجَوَابِهِ مِنْ غَيْرِطَلَبِ ، وأَنْ سَأَلَ عَنْ مَسْأَلَةِ فاِيَاكَ
وَاْلمُبَادَرَةِ بِالْجَوَابِ فِىْ حَضْرَتِهِ
10.
Tidak boleh mengambil sikap (keputusan) sendiri, impian-impian dan
pengetahuan yang masuk dalam hati sekalipun artinya jelas. Dan setelah
menyampaikan kepada Guru Mursyid, maka tunggulah jawaban dan petunjuk
Guru Mursyid, Dan jika bertanya pada Guru Mursyid tentang suatu masalah,
maka jangan tergesa-gesa minta jawaban.
Adab Ke: 11
١١ - اَنْ لاَيُفْشِىَ لِشَيْخِهِ سِرًّا وَلَوْنُشِرَ بِالْمَنَاشِيْرِ
11. Tidak boleh menyebar luaskan rahasia Guru Mursyid, sekalipun di ancam akan di gergaji.
Adab Ke: 12
١٢
- اَنْ لاَيَتَزَوَّجَ قَط امْرَأَةً رٰأَى شَيْخَهُ مَائِلاً إِلَى
التَّزَوَّجِ بِهَا وَلاَيَتَزَوَّخُ قط امْرَأَةً طَلَقَهَا شيْخُهُ
أَوْمَاتَ عَنْهَا
12.
Tidak boleh menikah dengan orang perempuan yang diinginkan oleh Guru
Mursyid akan dinikahi atau perempuan yang telah dicerai atau ditinggal
wafat oleh Guru Mursyid.
Adab Ke: 13
١٣
- اَنْ لاَيُشِيْرُ قَطُّ عَلىٰ شَيْخِهِ بِرَأْىٍ إِذَا اِشْتَشَارَهُ
فِىْ فِعْلِ شَئٍْ أَوْتَرْكِهِ بَلْ يَرُدُّ اْلأَمْرَ إِلَى شَيْخِهِ
اِعْتِقَادًا مِنْهُ أَنَّهُ اَعْلَمُ بِاْلأُمُوْرِ وَغَنِىٌ عَنْ
اِشْتِشَارَتِهِ وَاِنَّمَا اِشْتِشَارَتُهُ تَحَبُّبًا لَهُ مَالَمْ
تَقُمْ الْقَرَائِنُ الْوَضِحَةُ عَلىٰ خِلَفِ ذَلِكَ وَإِلاَّ
فَلْيُنْصِحَ لَهُ مَعَ رِعَايَةِ كَمَالِ اْلأَدَبِ مَعَهُ
13.
Jika Guru Mursyid minta pendapat tentang di laksanakannya sesuatu atau
tidak, sebaiknya murid tidak usah mengajukan pendapat, tetapi kembalikan
kepada Guru Mursyid, dengan berkeyaqinan bahwa Guru lebih mengerti yang
lebih tentang hal tersebut, dan sebenarnya Guru Mursyid tidak butuh
pendapat murid itu, hanya memperlihatkan cintanya kepada murid, kecuali
ada petunjuk yang jelas tidak begitu, kalau betul-betul minta pendapat,
maka jawablah dengan sopan.
Adab Ke: 14
١٤
- اَنْ يَتَفَقَدَ عِيَالَ شَيْخِهِ إِذَا غَابَ بِاْلاِحْسَانِ
إِلَيْهِمْ بِالْخِدْمَةِ وَغَيْرِهَا فَإِنَّ ذَلِكَ مِمَّا يُمِيْلُ
قَلْبَ شَيْخِهِ إِلَيْهِ وَمِثْلُ الشَّيْخِ فِىْ ذَلِكَ اْلاِحْوَانِ
14.
Ikut menjaga keluarga Guru Mursyid ketika di tinggal pergi dengan cara
mengabdi dengan baik, sesungguhnya dengan cara begitu menyenangkan hati
Guru Mursyid kepada murid, begitu juga terhadap keluarga teman
seperguruan.
Adab Ke: 15
١٥
- إِذَا وَجَدَ الْمُرِيْدُ فِىْ نَفْسِهِ عَجَبًا بِأَعْمَالِهِ
وَامْتِحْسَانًا لِحَالِهِ فَلْيَذْكُرَهُ لِشَيْخِهِ لِيَدُلَّهُ عَلىٰ
دَوَائِهِ فَإِنْ كتمه يُنْبِتُ الرِّيَاءَ وَالنِّفَاقَ فِىْ قَلْبِهِ
15.
Jika didalam hati merasa bahwa dirinya lebih baik tentang amal lahir
maupun bathin ('ujub), maka segera sowan pada Guru Mursyid agar
ditunjukan obatnya. Jika disembunyikan malah menyebabkan Riya' dan
Nifaq.
Adab Ke: 16
١٦
- اَنْ يُعَظِّمَ مَا أَعْطَاهُ لَهُ شَيْخُهُ وَلاَيُبَيِّعُهُ ِلأَحَدٍ
وَلَوْ أَعْطَاهُ مَا أَعْطَاهُ فَرُبَّمَا يَكُوْنُ طَوِىَ لَهُ فِيْهِ
سِرًّا مِنْ أَسْرَارِ الْفُقَرَاءِ فِيْمَا يُعِيْنُهُ فِىْ الدَّارَيْنِ
وَيُقَرَّبُهُ إِلىَ حَضْرَةِ اللهِ تَعَالىٰ
16.
Memulyakan pemberian Guru Mursyid walaupun berupa apa saja, jangan di
jual atau diberikan orang lain. Terkadang pemberian Guru Mursid itu
mengandung Hikmah dan Rahasia yang bisa membantu keselamatan Dunia dan
Akhirat dan mendekatkan kepada Alloh SWT.
Adab Ke: 17
١٧
- اَنْ يَجْعَلَ رَأمن ماله الصِّدْقَ فِىْ الْجَدِّ فِىْ طَلَبِ
الشَّيْخِ ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلمُرِيْدَ لَوْ صَحَّ لَهُ كَمَالِ
اْلإِنْقِيَادِ مَعَ شَيْخِهِ رُبَّمَا وَصَلَ إِلىَ ذَوْقِهِ حَلاَوَةَ
مَعْرِفَةِ اللهِ فِىْ مَجْلِسِ وَاحِدٍ مِنْ أَوَلِ إِجْتِمَاعِهِ بِهِ
17.
Ketika Bai'at, betul-betul niat yang baik dan adab yang baik, sebab
jika seorang murid betul-betul tunduk di hadapan Guru Mursyid,
kemungkinan bisa langsung merasakan manisnya Ma'rifat Alloh SWT.
Adab Ke: 18
١٨
- اَنْ لاَيَنْقُصَ إِعْتِقَادُهُ فِىْ شَيْخِهِ إِذَا رَآهُ نَقَصَ عَنْ
مَقَامِهِ بِكَثْرَةِ نَوْمِهِ فِىْ اْلإِسْحَارِ أَوْقِلّةِ وَرَعِهِ
أَوْغَيْرِ ذَلِكَ ، فَمِنَ الْوَاجِبِ أَنْ يُدَوِّمَ الْمُرِيْدُ عَلىٰ
إِعْتِقَادِهِ فِىْ شيْخِهِ
18.
Jika Guru Mursyid melakukan lelahan (perbuatan ganjil) tidak boleh
berkurang keyaqinan keta'atannya. Kewajiban murid, harus berkeyakinan
baik terhadap Guru Mursyidnya.
Adab Ke: 19
١٩
- اَنْ لاَيُكْثِرَ الْكَلاَمَ فِىْ حَضْرَتِهِ وَلَوْبَاسَطَهُ
بِالْكَلاَمِ ، وَأَنْ يَعْرِفَ أَوْقَاتَ الْكَلاَمِ مَعَهُ ،
فَلاَيُكَلِّمُهُ إِلاَّفِىْ الْبَسْطِ بِاْلأَدَبِ وَاْلخُشُوْعِ
وَاْلخُضُوْعِ بِقَدْرِ مَرْتَبَتِهِ وَدَرَجَتِهِ ، وَإِلاَّحُرِّمَ مِنَ
الْفُتُوْحِ وَمَاحُرِّمَ مِنْهُ لاَيَعُوْدُ إِلَيْهِ مَرَّةً أُخْرَى
إِلاَّ نَادِرًا
19.
Tidak memperbanyak perkataan dihadapan Guru Mursyid, sekalipun ada
kesempatan panjang untuk berbicara. Hendaknya mengetahui waktu dan
melaksanakan adab yang baik, khusyu' dan khudlu' menurut derajat dan
tingkatan murid. Jika murid melanggar adab berbicara di hadapan Guru
Mursyidnya akan tertutup hatinya. Biasanya tidak bisa kembali terbuka
kecuali langka.
Adab Ke: 20
٢٠ - غَضُّ الصَّوْتِ فِىْ مَجْلِسِ الشَّيْخِ ِلأَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ عِنْدَ اْلأَكَابِرِ سُؤُ أَدَبٍ
20. Merendahkan volume suara di hadapan Guru Mursyid. Sebab mengeraskan suara dihadapan Ulama' besar termasuk Etika/Adab jelek.
Adab Ke: 21
٢١
- اَنْ لاَيَجْلِسَ مُتَرَبِّعًا وَلاَعَلىٰ سَجَدَةٍ أَمَامَ الشَّيْخِ
بَلْ يَنْبَغِى لَهُ فِىْ مَجْلِسِهِ التَّوَاضُعُ وَالتَّصَاغُرُ
وَاْلإِشْتِغَالُ بِالْخِدْمَةِ
21. Jangan berlagak mulya duduk di hadapan Guru Mursyid, tetapi merendah diri dan selalu siap untuk mengabdi.
Adab Ke: 22
٢٢
- اَنْ يُبَادِرَ بِإِتْيَانِ مَا أَمَرَهُ بِهِ بِلاَ تَوَقُّفٍ
وَلاَإِهْمَالٍ مِنْ إِسْتِرَاحَةٍ وَلاَسُكُوْنٍ قَبْلَ تَمَامِ ذَلِكَ
اْلأَمْرِ
22.
Bergegas-gegas mendatangi dan melaksanakan perintah Guru Mursyid, tanpa
menunda-nunda dan berhenti dengan istirahat atau diam sebelum selesai
perintahnya.
Adab Ke: 23
٢٣ - اَلْفِرَارُ مِنْ مَكَارِهِ الشَّيْخِ وَكَرَاهَةُ مَايَكْرَهُ طَبْعًا وَعَدَمُ إِرْتِكَابِهَا
23. Menjauhi segala sesuatu yang tidak di senangi Guru Mursyid dan tidak menjalaninya.
Adab Ke: 24
٢٤ - اَنْ لاَيُجَالِسَ مَنْ كَانَ يَكْرَهُ شَيْخُهُ وَيُحِبُّ مَنْ يُحِبُّهُ
24.
Tidak boleh mendatangi dan mencari ilmu pada orang yang tidak di
senangi oleh Guru Mursyid dan senang pada orang yang di senangi oleh
Guru Mursyid.
Adab Ke: 25
٢٥ - اَنْ يَصْبِرَ عَلىَٰ جَفْوَتِهِ وَإِعْرَاضِهِ عَنْهُ وَلاَيَقُوْلُ لِمَ فَعَلَ لِفُلاَنٍ كَذَا وَلَمْ يَفْعَلْ لِىْ كَذَا
25.
Hendaknya sabar jika mengerti tidak di senangi Guru Mursyid dan jangan
sampai berkata "mengapa kalau dengan orang lain begitu, kalau dengan
saya kok begini".
Adab Ke: 26
٢٦ - اَنْ لاَيَجْلِسَ فِىْ الْمَكَانِ الْمُعَدِّلَهُ وَلاَيُلِحُّ عَلَيْهِ فِىْ أَمْرٍ
26. Jangan duduk di tempat yang di sediakan untuk tempat duduk Guru Mursyid, dan jangan memaksa untuk secepatnya di layani.
Adab Ke: 27
٢٧ - لاَيُسَافِرُ وَلاَيَتَزَوَّجُ وَلاَيَفْعَلُ فِعْلاً مِنَ اْلأُمُوْرِ اْلمُهِمَةِ إِلاَّبِإِذْنِهِ
27.
Jangan bepergian, jangan menikah, dan jangan mengerjakan sesuatu yang
penting kecuali semua itu mendapat izinnya Guru Mursyid.
Adab Ke: 28
٢٨ - اَنْ لاَيُنْقِلَ مِنْ كَلاَمِ الشَّيْخِ عِنْدَ النَّاسِِ إَِلاَّبِقَدَرِ اَفْهَامِهِمِ وَعُقُوْلِهِمْ
28.
Jangan menceritakan perkataan dan wejangan Guru Mursyid kepada orang
lain kecuali di sampaikan dengan cara yang bisa di fahami menurut akal
mereka.
Tanbih (Peringatan) :
Ada
kalanya Guru Mursyid memberi kebebasan pada murid, jika sudah kelihatan
tanda kesungguhan murid. Guru Mursyid memberi ujian-ujian semakin
berat, kadang kelihatan tidak memperhatikan, itu semua agar Nafsunya
murid menjadi kalah dan bisa tenggelam kedalam Maqom Fana' (Hanya Cinta
Kepada Alloh SWT).
anonim
No comments:
Post a Comment