Secara etimologi (bahasa), Qutub berasal dari kata ب - ط - ق. Artinya bintang terindah. Sedangkan secara istilah, qutub adalah manusia terbaik yang mengumpulkan seluruh keutamaan. Baik dalam sifat kemanusiaan, ibadah dan kedekatannya dengan Allah. Seorang qutub merupakan Khalifah Rasulillah Saw. dalam menjaga keseimbangan alam. Setiap masa hanya ada satu orang kutub. Ibnu Hajar menjelaskan, kata abdal telah masyhur dalam sejumlah khabar dan qutub telah ditemukan dalam beberapa atsar. Jalaluddin As-Suyuthi telah mengetengahkan akan adanya qutub, autad dan abdal dalam kitabnya Al-Khabarud Dallu ‘Ala Wujudil Quthbi Wal Autadi Wan Nujabai Wal Abdalli. Keterangan ini menunjukkan adanya qutub.
Abah Saggaf pernah bertitah “Saya adalah Qutbul Auliya’ di zaman ini”. Abah adalah sapaan karab, lembut dan kasih sayang antara anak murid dengan tuan guru/Syaikhal-Habib Saggaf bin Mahdi bin Syaikh Abu Bakar bin Salim Parung Bogor. Dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, kita meyakini adanya mukjizat bagi para nabi. Begitupula Karomah bagi para kekasih Allah Swt., atau biasa kita sebut para wali. Tokoh yang akan kita bicarakan kali ini sudah tidak asing lagi di telinga para muhibbin Indonesia, khususnya para santri Pondok Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor.
Seorang Auliya’ pernah berkata: “Andai anda telah bertemu dengan Wali Quthub di zaman ini, maka anda tidak akan sibuk lagi menunggu Imam Mahdi datang atau menunggu Nabi Isa turun karena ibarat biji pepaya semuanya sudah ada di sana. Secara logika, kalau dengan Allah saja anda bisa dijumpakan oleh Beliau, apa sulitnya Beliau kenalkan anda kepada Imam Mahdi?”
Suatu saat Habib Saggaf sedang berjalan menuju ke kediaman beliau sepulang dari asrama putra (al-Ashriyyah Nurul Iman) tepatnya pada hari Selasa malam Rabu pukul 22.15 WIB tahun 2003, datanglah seseorang yang mengenakan jubah layaknya seorang ulama dan mengaku bahwa dirinya adalah Jibril. Melihat kejadian itu Habib Saggaf berteriak dengan suara yang sangat keras seraya berkata: “Anta Iblis!” Kemudian sosok berjubah itu pun hilang seketika.
Kisah selanjutnya diceritakan oleh Syaikh Ahmad Shiddiq, utusan Raja Abu Dhabi,Emirat Arab. Tepatnya pada tahun 2005 ketika Raja Abu Dhabi sakit keras dan berobat ke berbagai tabib namun belum juga sembuh, akhirnya diutuslah seorang utusan ke Indonesiauntuk menemui Habib Saggaf bin Mahdi yang sudah lama dikenal oleh raja dan pemerintahan Abu Dhabi. Dengan permintaan itu, Habib Saggaf pun mengabulkan permintaannya. Setelah selesai menepati harapan raja, beliau sebelum pulang ke Indonesia menyempatkan diri untuk umrah dan ziarah kepada sang kakek, Nabi Muhammad Saw.
Saat Habib Saggaf di Ka’bah beliau hendak mencium Hajar Aswad, namun terhalang-halangi oleh kerumunan jamaah yang lain sehingga beliaupun tidak bisa mendekat pada Hajar Aswad itu. Tiba-tiba datanglah seseorang yang tinggi besar dan meletakan beliau di atas telapak tangannya lalu dihadapkan ke Hajar Aswad. Syaikh Ahmad Shiddiq (utusan Raja Abu Dhabi) yang menyaksikan kejadian tersebut. Sang utusan itu melihat sang Habib terbang di atas jamaah haji.
Selesai melaksanakan umrah, Habib Saggaf ziarah ke makam Rasulullah Saw. Ketika beliau mendekati dinding kubur Rasulullah SAW. beliau mengulurkan sorbannya untuk mengharap keberkahan Nabi SAW. Melihat hal ini, sang opsir penjaga (muthawi’)menyeret beliau sambil berteriak: “Bid’ah!” Lalu Habib Saggaf dipukuli oleh opsir tersebut.
Tiba-tiba keluarlah Rasulullah SAW. dari arah dinding kubur yang disaksikan oleh semua jamaah yang hadir waktu itu. Rasulullah SAW. menampakkan nurnya yang menyelimuti Habib Saggaf.
Kemudian Rasulullah Saw. mengulurkan tangannya seraya bersabda: “Saggaf, masuklah bersamaku.”
Dengan tawadhu’ Habib Saggaf menjawab: “Cukup di sini saja wahai Rasulullah, supaya sama dengan yang lainnya. Saya mengharap syafaatmu wahai Rasulullah.”
Kemudian Rasulullah Saw. menjawab: “Aku beri syafaat padamu wahai cucuku .
@coretanpena
No comments:
Post a Comment