*Mas
Hameed
Tahun
baru saat ini seolah menjadi moment penting bagi siapapun, tak hayal sudah
menembus batas sosial maupun kepercayaan. Tahun baru seolah menjadi detik-detik
ajaib bagi siapapun, momentnya selalu spesial, pesta kembang api senilai paket
umroh pun tak luput dari hingar bingar kemeriahanya bersemarak menari-nari di
udara gelap, bak mentari pagi yang cerah kala mendung pekat. Tarian, pesta
meriah pun gampang dijumpai di seantero dunia. Tempat-tempat hiburan penuh
sesak, jalanan penuh padat konvoi ribuan orang padat merayap. Lengkingan
terompet pun menjadi musikal istimewa yang tak henti-hentinya berpesta. Itulah
sekelumit gambaran dimana perayaan tahun baru selalu kita jumpai setiap
tahunya.
Perayaan
tahun baru Masehi tersebut memang selalu dirayakan dengan cara yang sangat
meriah, meskipun tradisi yang dilakukanya secara umum selalu rutin sama; meniup
terompet dan menyalakan kembang api di saat detik jarum jam tepat di angka 12
ataupun saat kombinasi angka “00.00” pada jarum digital. Namun terlepas dari
itu semua, perayaan tahun baru ternyata menyimpan kesan dan makna yang dalam
dan berbeda-beda pula.
Sejarah.
Sejarah
mencatat bahwa pertama kalinya perayaan tahun baru masehi diadakan pada tanggal
1 januari 45 SM. Sesaat setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma,
ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisi Romawi yang sudah diciptakan
sejak abad ke-7 SM. Desaign penanggalan baru tersebut dibantu oleh Sosigenes,
seorang ahli astronomi dari Iskkitariyah. Saat itu ia menyarankan kepada Caesar
agar dibuat penanggalan baru yang berdasarkan revolusi matahari, seperti yang dilakukan
bangsa Mesir saat itu. Usulan itupun akhirnya disetujui dan saat itu dimulailah
penanggalan baru dengan sistem hitungan Masehi berdasarkan revolusi matahari.
Dalam
penanggalan baru tersebut, satu tahun dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan
Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM. Sehingga tahun 46 SM dimulai pada
1 Januari. Ia juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan
pada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari dari penyimpangan
dalam kalender baru tersebut. Tak lama sebelum ia meninggal (terbunuh) di tahun
44 SM, ia mengubah salah satu nama bulan yaitu Quintilis dengan namanya, yaitu
Julius atau Juli. Kemudian nama bulan lain yaitu Sextilis juga diganti denga
nama seorang kaisar pengganti Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus dan menjadi
nama bulan Agustus.
Cara Perayaan yang Unik.
Perayaan
tahun baru 1 Januari saat ini sudah menjadi salah satu hari suci bagi ummat
kristian. Namun kenyataanya, tahun baru juga sudah lama menjadi tradisi sekuler
yang menjadikanya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga dunia.
Setiap
tahunya perayaan tahun baru di berbagai belahan dunia pun memiliki corak yang
unik dan tradisi yang berbeda. Beberapa diantaranya malah sudah menjadi bagian
dari ritual keagamaan. Misalnya Negara Brazil. Pada setiap tahun baru, setiap malam tanggal 1 januari orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju
pantai dengan mengenakan pakaian putih bersih. Mereka menabur bunga di laut,
mengubur buah manga, papaya dan semangka di pasir pantai sebagai penghormatan
untuk Dewa Lemanja. Dewa laut yang terkenal dalam legenda masyarakat Brazil.
Bagi
orang-orang Yunani, dimana mereka menganggap buah delima melambangkan kesuburan
dan kesuksesan mereka menebarkan buah tersebut ke pintu rumah, kantor dan toko-toko
sebagai simbol do’a untuk mendatangkan kemakmuran sepanjang tahun.
Sedangkan
bagi orang-orang Romawi Kuno, perayaan tahun baru menjadi saat terbaik bagi
mereka untuk saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Mereka saling
memberikan kacang atau koin berlapis emas dengan gambar dewa-dewa mereka.
Menurut
kepercayaan orang-orang Jerman, jika mereka memakan sisa-sisa hidangan pesta
perayaan tahun baru ( New Year’s Eve) di tanggal 1 januari, mereka percaya
bahwa mereka tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.
Hal
unik yang terjadi saat perayaan tahun baru juga terjadi di Negeri Italia. Di salah satu kotanya,
tepatnya kota Naples, pada pukul 00.00 tepat, saat pergantian tahun baru
masyarakat di sana akan membuang barang-barang yang sudah usang dan tidak
terpakai lagi di jalanan. Orang-orang spanyol sendiri tepat pada malam
pergantian tahun mereka akan memakan buah anggur sebanyak 12 biji, itu
merupakan kepercayaan dan harapan kesejahteraan selama 12 bulan ke depan.
Di
jepang, masyarakatnya merayakan tahun barunya dengan memakan 3 jenis makanan
sebagai simbol khusus. Diantaranya makanan telur ikan melambangkan kemakmuran,
ikan sarden asap melambangkan kesuburan tanah dan manisan dari tumbuhan laut
yang melambangkan perayaan.
Masyarakat
Korea, saat menjelang pergantian tahun, mereka menikmati kaldu daging sapi yang
dicampur dengan potongan telur dadar dan kerupuk nasi atau yang biasa disebut
dengan thuck gook.
Tradisi
yang bebeda pula bagi masyarakat Amerika Serikat di saat pergantian tahun.
Tahun baru menjadi tradisi mereka untuk mengunjungi saudara-saudara dan
teman-teman atau menonton televisi; Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba football America Rose Bowl yang dilangsungkan di California: atau Orange Bowl di Florida, Cotton Bowl di
Texas atau Sugar Bowl di Lousiana. Di
negeri tersebut kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, yaitu pada
tanggal 31 Desember, dimana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi
dari Time Square di jantung kota New
York. Tempat dimana banyak orang berkumpul padat saat lonceng tengah malam
berbunyi, sirine dibunyikan, kembang api diledakkan dan setiap orang saling
meneriakkan ucapan tahun baru sambil bernyanyi Auld lang syne.
Di
beberapa Negara lain pun hampir mirip seperti yang terjadi di Negara Amerika
Serikat. Sepertihalnya di Indonesia, di penghujung tahun baru kita dapat menjumpai
hal-hal unik dan menjadi tradisi bagi masyarakatnya, misal kita akan gampang
sekali menemukan pedagang-pedang terompet serta kembang api, mereka hampir bisa
ditemukan di sepanjang jalan menambah semarak datangnya tahun baru. Semakin
mendekati tahun baru semakin menjamur berjejer di setiap tempat. Konvoi besar
dan deru kembang api pun siap memeriahkan tahun baru, berbagai atribut dan
kreasi konser ikut merebah menghiasi kemeriahan tahun baru.
Indonesia
dengan kekayaan alam yang begitu besar, budaya yang begitu kaya, perbedaan
latar belakan sosial dan ras, di saat datangnya perayaan tahun baru semuanya
selaras bersorak dan ramai merayakanya dalam satu bahasa; tiupan terompet yang
melengking ataupun kembang api yang menggelegar dan gemerlap indah. Semua tumpah
ruah dalam kegembiraan.
Hal
mendasar yang selalu menjadi kado terindah di setiap perayaan tahun baru adalah
bukan saja secara pribadi atau golongan, dimana kegembiraan dan kesuksesan
pribadi muncul sebagai wujud proses menuai lembaran baru di tahun yang baru.
Namun hal yang lebih besar dan mendasar secara universal adalah bagaimana
perayaan tahun baru menjadi moment kebersamaan dan keeratan antar individu
dengan individu lainya yang saling menghargai serta menyayangi, sebuah budaya
leluhur yang sejatinya menjadi akar kehidupan bangsa kita. Bhinneka
Tunggal Ika.
No comments:
Post a Comment